Dialog hamba dengan Allah SWT dalam shalatnya
“Dalam shalat hambaKu tersimpul dua dialog, dan terserahlah kepadanya apa yang diomongkannya padaKu. Sewaktu dia mengucapkan, “Alhamdulillaahi rabbil’alamiin”, Aku menjawab, “Aku sedang dipuja oleh hambaku”. Sewaktu dia membaca, “Arrahmaanir-rahiim”, Aku menyahut,”Aku disanjung oleh hambaKu”. Sewaktu dia membaca, “Maliki Yaumid Diiin”, Aku menjawab, “Aku diangungkan oleh hambaKu”.sewaktu dia membaca,” iyyaka na’budu wa iyyaka nastaiin”, Aku menjawab,”Inilah pembicaraan antara Aku dengan hambaKu, dan akan Aku penuhi segala apa yang dimohonnya”. Sewaktu dia membaca, “ Ihdinash shiratal-mustaqiim, Shiratal-ladziina an’amta alaihiim, Ghairil maghdhubi’alaihim waladh-dhalliin”, Aku menyahut, “ Aku akan beri karunia hambaKu ini. Terserahlah kepadanya apa yang dimintanya”. (Hadist Qudsi diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Abu Hurairah Ra.)
“Tidak boleh bagi tiga orang berada dimanapun di bumi ini tanpa mengambil salah seorang diantara mereka sebagai amir (pemimpin)”. (HR Ahmad).
“Kalian akan berebut untuk mendapatkan kekuasaan. Padahal kekuasaan itu adalah penyesalan pada hari kiamat; nikmat diawal dan pahit di ujung”. (HR al-Bukhari).
“Tidak akan menyesal orang yang bermusyawarah, dan tidak akan kecewa orang yang melakukan istkharah”. (HR Thabrani).
“Tidak akan kecewa dan menyesal orang yang mau bermusyawarah atau bersedia menerima kritikan”. (HR Abu Daud).
Dari Umar bin Khattab r.a. dia berkata: “ aku telah mendengar Rassulullah SAW bersabda:” Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang itu (dipahalai) bergantung dengan niatnya. Maka barangsiapa hijrahnya karena Allah dan Rasulnya maka hijrahnya (dipahalai) karena Allah dan Rasulnya namun barang siapa hijrahnya karena (mencari) dunia dan keuntungannya atau wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya sesuai dengan apa yang dia tuju tersebut”. (HR Bukhari dan Muslim).
